Venus adalah planet kedua terdekat dari Matahari. Planet ini sangat
terang jika dilihat dari Bumi, kecerlangannya hanya kalah dari Matahari
dan Bulan. Karenanya Venus pun bisa disebut sebagai “bintang” paling
terang di langit. Dan mungkin karena itu planet ini dinamai Venus sang
Dewi Cinta dan Kecantikan, atau Aphrodite dalam peradaban Yunani kuno.
|
Citra Venus diambil oleh wahana Mariner 10 (Sumber: nunes, astrosurf.com) |
Venus telah menjadi perhatian banyak kebudayaan sejak lama. Para
penduduk suku Maya menjadikan Venus sebagai penanda waktu dalam sistem
kalendernya karena mereka dapat hitung dan prediksikan kemunculannya
yang periodik bergantian di langit timur dan barat. Seperti juga
Merkurius, Venus juga awalnya salah diidentifikasi oleh beberapa
kebudayaan sebagai 2 objek yang berbeda ketika ia muncul bergantian di
timur dan di barat. Misalnya ada yang menyebutnya Eosphorus ketika
muncul di pagi hari (ada juga yang menyebutnya sebagai Lucifer) dan
Hesperus ketika muncul di sore hari.
Di tahun 1600-an ketika masyarakat ramai mencibir teori/model alam
semesta heliosentris (karena saat itu yang sedang populer adalah
teori/model geosentris), Venus menjadi salah satu objek kunci yang
membantah geosentrisme. Pengamatan Galileo terhadap Venus menggunakan
teleskop menunjukkan bahwa Venus memiliki fase sebagaimana halnya Bulan.
Fakta ini menegaskan bahwa Venus mengelilingi Matahari, berbeda dengan
pandangan Ptolemius dan penganut geosentrisme yang mengira Venus dan
Matahari mengelilingi Bumi. Karena apabila begitu, Venus tidak akan
menunjukkan perubahan fase. Ditambah dengan beberapa bukti pengamatan
lainnya di tahun-tahun sesudahnya, geosentrisme pun semakin tergeser.
Jaman semakin modern dan pengamatan Venus pun semakin banyak
dilakukan. Pengetahuan kita tentang planet ini juga bertambah. Awalnya
Venus dikatakan planet yang paling mirip dengan Bumi karena ukurannya
hampir sama dengan Bumi dan atmosfernya yang cukup tebal. Tetapi
kemudian diketahui bahwa kondisi Venus sebenarnya terlalu ekstrim bagi
kehidupan. Temperatur rata-ratanya mencapai 460 derajat Celcius, rekor
tertinggi di tata surya. Bahkan Merkurius yang lebih dekat ke Matahari
kalah panas dari Venus.
Jawaban dari misteri penyebab panasnya Venus adalah kandungan utama
atmosfernya. Dominasi karbondioksida di udara Venus (mencapai 95%)
menyebabkan terjadinya efek rumah kaca yang berkelanjutan. Panas
Matahari yang diserap atmosfer kemudian dipantulkan oleh permukaan.
Tetapi panas hasil pantulan itu dipantulkan balik oleh awan
karbondioksida yang tebal. Karena tidak ada panas yang dapat keluar dari
planet Venus, udara di Venus pun memanas secara kontinu.
|
Fase Venus hanya bisa diamati dalam heliosentrisme (Sumber: telescope1609.com) |
Rotasi Dan Revolusi
Periode rotasi Venus adalah 243 hari Bumi dan periode revolusinya 224
hari Bumi. Sekilas bisa kita simpulkan bahwa satu hari di Venus lebih
lama dari 1 tahunnya. Tetapi kenyataannya tidaklah begitu karena periode
rotasi tersebut bukanlah periode harinya. Satu hari di Venus hanya 116
hari, masih lebih cepat daripada Merkurius. Uniknya, putaran rotasi
Venus berlawanan dengan putaran rotasi Bumi. Jadi jika kita berada di
Venus kita akan menyaksikan Matahari terbit di barat dan terbenam di
timur.
Arah rotasi Venus yang terbalik itu biasa disebut dengan istilah
retrograde alias searah dengan putaran jarum jam jika kita melihatnya
dari kutub utara ekliptika. Namun kini diketahui bahwa sebenarnya kutub
rotasinyalah yang terbalik. Inklinasi kutub utara rotasi Venus terhadap
kutub utara ekliptika adalah 179 derajat, sangat besar dibandingkan Bumi
yang hanya 23,5 derajat saja. Penyebab inklinasi sebesar ini diduga
adalah karena ada benda besar yang menabrak Venus di awal pembentukannya
dulu.
Pengamatan Dan Misi Penerbangan
Tebalnya awan di Venus membuat pengamatan optik landas Bumi terhadap
permukaannya tidak dapat dilakukan. Pengamatan spektroskopi, radar, dan
ultraviolet pun hanya memberikan sedikit informasi tambahan. Menyadari
hal ini, para peneliti kemudian merencanakan berbagai misi penerbangan
ke Venus untuk melakukan pengamatan dari dekat. Misi yang pertama adalah
pengiriman wahana Venera 1 oleh Uni Soviet di tahun 1961. Wahana
tersebut direncanakan untuk menumbuk Venus namun gagal 7 hari setelah
peluncurannya.
Misi yang berhasil pertama kali dalam meneliti Venus adalah
pengiriman wahana Mariner 2 oleh Amerika Serikat di tahun 1962, setelah
Mariner 1 gagal saat peluncuran. Wahana Mariner 2 tersebut
melintas-dekat Venus dari jarak sekitar 34.000 km dan memberikan
informasi berharga tentang tingginya temperatur permukaan Venus,
sekaligus memusnahkan harapan bagi manusia untuk menggunakan Venus
sebagai tempat tinggal kedua.
Setelah misi Mariner 2 itu, ada banyak misi lainnya yang meraih
kesuksesan. Seperti Venera 3 yang menjadi wahana yang pertama kalinya
masuk ke atmosfer planet lain, Venera 7 yang berhasil mengirimkan data
untuk pertama kalinya dari permukaan planet lain, dan Pioneer Venus
Orbiter yang mengorbit dan meneliti Venus selama 13 tahun sejak 1978.
Pengiriman wahana ke Venus itu sendiri menjadi salah satu tonggak
penting dalam penjelajahan tata surya. Keberhasilan terbang lintas-dekat
Venus kemudian diikuti dengan keberhasilan yang sama di Mars. Perlahan
tapi pasti semua planet pun akhirnya berhasil diamati dari dekat.
Pendaratan wahana di Venus dan Mars juga menarik untuk ditunggu
kelanjutannya, siapa tahu salah satu atau bahkan keduanya bisa diubah
menjadi planet yang ramah bagi kehidupan suatu saat nanti. (Andre/Irawan.SIA)